1. Kasus Kejahatan : Pembunuhan berencana
Derita Terpendam di Balik 'Diam' Angeline[1]
Liputan6.com, Denpasar - Isak tangis dan
emosi pecah dari para guru SDN 12 Kesiman, Sanur, Denpasar, Bali, ketika
kantong berwarna oranye dikeluarkan oleh polisi dari sebuah rumah di Jalan
Sedap Malam Nomor 26 Denpasar, Rabu 10 Juni 2015.
"Angeline...Angeline,"
panggil seorang guru wanita dan anak-anak dari sekolah itu sembari menangis
sesenggukan menatap kantong jenazah yang membelah kerumunan warga. Di dalam
kantong itulah tubuh mungil Angeline, bocah berusia delapan tahun yang
sebelumnya dikabarkan hilang sejak Sabtu 16 Mei 2015, terbujur kaku. Tubuhnya
kemudian diangkut ke dalam mobil ambulans untuk dibawa ke Rumah Sakit Umum
Pusat (RSUP) Sanglah, Denpasar, guna keperluan otopsi. "Kami menemukan ada
kekerasan pada tubuh korban yang utamanya di daerah wajah dan leher berupa
kekerasan tumpul," kata dr Ida Bagus Putu Alit, tim dokter forensik RSUP
Sanglah. Indikasi bocah itu tewas karena mengalami kekerasan pun mencuat di
balik misteri kematian Angeline. Mengapa Angeline yang dilaporkan hilang oleh
ibu angkatnya, Margriet Megawe, ternyata ditemukan dikubur di halaman belakang
rumahnya? Dan siapa pula yang tega melakukan
Tanya demi tanya seakan
tidak berhenti muncul dari masyarakat Indonesia dan menjadi tugas pihak
kepolisian menjawab sebab musabab kematian murid SD kelas 2-B itu. Namun
penasihat hukum pada Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak
(P2TP2A) Kota Denpasar, Siti Sapurah, menilai banyak kejanggalan yang meliputi
sejak Angeline dilaporkan hilang hingga ditemukan tewas.
![]() |
![]() |
Tim Inafis Polda Bali menggelar olah TKP lanjutan
kasus Angeline di rumah Margriet Megawe. (Liputan6.com/ Dewi Divianta)
Sejak awal, aktivis anak itu
bahkan menyatakan keyakinannya jika bocah tersebut hilang karena dibunuh bukan
karena diculik atau menghilang karena melarikan diri. Indikasi itu, lanjut dia,
berangkat dari minimnya petunjuk dan saksi dari warga sekitar yang menandakan
atau melihat bocah cantik itu diculik orang lain. Pun jika ia melarikan diri
dari rumah, ia yakin Angeline akan ditemukan oleh orang lain dan dilaporkan
kepada pihak berwajib.
"Kemungkinan apakah
anak ini dihilangkan, atau dikubur atau dibunuh itu ada sebenarnya, dugaan ke
arah sana itu ada," ucapnya ketika menemui Kepala Polsek Denpasar Timur
Komisaris Polisi I Gede Redastra, sebelum Angeline ditemukan Kabar hilangnya
bocah bertubuh kurus itu pun terus menyebar melalui media sosial. Bahkan
sejumlah lembaga swadaya masyarakat lokal dan asing yakni Yayasan Sahabat Bali
dan "Savechildhoods" yang berkedudukan di Inggris juga
turut mencari bocah itu. Beberapa komunitas masyarakat mulai dari ibu-ibu warga
negara asing, turis mancanegara, pecinta motor gede, hingga teman-teman sekolah
Angeline ikut bergabung menjadi sukarelawan menyebarkan brosur berisi foto dan
identitas bocah berambut panjang itu. Brosur itu disebarkan di sepanjang jalan
raya yang kerap kali dilalui Angeline saat berangkat ke sekolah dengan berjalan
kaki sejauh dua kilometer. Bahkan pada saat itu, M dan kedua kakak Angeline
juga turut menyebarkan brosur berhadiah hingga Rp 40 juta bagi siapapun yang
menemukan Angeline. Sosok pendiam Semasa hidupnya, di kalangan guru-guru di SDN
12 Kesiman Sanur, Angeline dikenal sebagai sosok yang pendiam dan jarang
bergaul dengan teman-temannya. Putu Sri Wijayanti, Wali Kelas 2-B menjelaskan
bahwa Angeline memiliki kepribadian tertutup dan terkadang tidak mengikuti
pelajaran tepat waktu karena sering terlambat datang ke kelas.
Menurut dia, Angeline
kerap terlambat karena harus memberi makan ayam peliharaan Margriet sebelum ke
sekolah dan harus berjalan kaki 2 km ke sekolah. Bahkan, ia bersama guru
lainnya sempat memandikan bocah malang itu karena penampilannya yang kotor dan
bau kotoran ayam. "Saya pernah memandikan dia di sekolah. Kasihan,
badannya kotor," ucapnya. Melihat kondisi itu, pihak sekolah sebelumnya
berencana mendatangi kediaman Angeline untuk menemui orangtua angkatnya setelah
pelaksanaan Ujian Nasional. Meluasnya pemberitaan hilangnya Angeline oleh awak
media, juga sampai ke telinga Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara-Reformasi
Birokrasi, Yuddy Chrisnandi dan Menteri Perempuan dan Anak, Yohana Yembise yang
secara terpisah mengunjungi kediaman Angeline. Namun pejabat pembantu Presiden
Joko Widodo itu gagal menemui keluarga terutama M. Padahal Yohana mengaku telah
memberi tahu pihak keluarga terkait kunjungannya itu sebagai bentuk kepedulian
negara atas kabar hilangnya Angeline.
Menteri Yohana pun
mengaku kecewa dan meminta polisi untuk menahan sang ibu angkat. "Saya
kecewa dan saya menaruh curiga kepada ibu itu. Seharusnya anak hilang, ibu itu
ada di rumah. Saya minta kepada pihak kepolisian agar mereka ditahan,"
ucap Yohana saat mengunjungi kediaman Angeline pada Sabtu 6 Juni 2015. Hingga
kini polisi masih mengungkap kematian Angeline, walaupun dari hasil otopsi
menyebutkan bahwa bocah itu mengalami kekerasan akibat terkena benda tumpul
hingga menyebabkan ia tewas. Masyarakat Indonesia pun kini menunggu
"jawaban" polisi atas pertanyaan-pertanyaan itu, mengungkap siapa
pelaku dan motif pembunuhan yang melatarbelakangi akhir hidup Angeline yang
tragis.
b. Premis teori
kontrol dikemukakan F.Ivan Nye terdiri dari[2] :
1.
Harus ada kontrol internal maupun
eksternal. Internal itu terdiri dari keluarga, sementara kontrol yang sifatnya
eksternal adalah teman, pihak sekolah, dan tetangga sekitar rumah Angeline.
2.
Manusia diberikan kaidah-kaidah supaya
tidak melakukan pelanggaran; kaidah-kaidah itu diciptakan agar ibu korban
sekaligus tersangka dalam pembunuhan Angeline ini tidak melakukan tindak
pembunuhan, namun karena kurangnya kontrol sosial, maka penyimpangan itu
terjadi bahkan ditutup-tutupi.
3.
Pentingnya proses sosialisasi bahwa ada
sosialisasi adequat (memadai), akan mengurangi terjadinya delinkuen, Sosialisasi
berarti penanaman nilai dan norma yang seharusnya ditanamkan pada keluarga
tersangka.
4.
Dilakukan proses pendidikan terhadap
seseorang; dan
5.
Diharapkan remaja menaati hukum (law
abiding).
c. Terjadinya
kasus ini menegaskan adanya kelalaian pengawasan atau kontrol sosial di
lingkungan sekitar, termasuk di sekolah. Angeline dikenal sebagai sosok yang
pendiam. Selama ini masyarakat mengetahui bagaimana kondisi Angeline
sehari-hari. Misalnya saja adalah tetangga, lingkungan sekitar korban yang
dalam hal ini diberitakan mereka mengetahui bagaimana Angeline dibesarkan oleh
ibu angkatnya yang penuh dengan kekerasan dan adanya unsur penelantaran. Terlihat
dari kondisi tubuh Angeline yang tidak jarang menyiratkan bukti kekerasan yang
dilakukan seseorang. Begitu juga guru-guru di sekolah Angeline, ketidakpekaan
masyarakat sekolah terhadap anak didiknya yang selalu datang terlambat, dengan
baju lusuh ini lah yang akhirnya memberikan peluang bagi ibu korban sekaligus
tersangka untuk melakukan tindak pidana pembunuhan yang awalnya tanpa diketahui
oleh siapapun.
Terkait
adanya gangguan psikologis antara ibu angkat dan anak tersebut, pihaknya
menilai tidak ada pengaruh signifikan. Namun, terjadi kedekatan emosional antar
personal yang sangat mempengaruhi sikap seseorang terhadap yang lainnya. Travis
Hirchi sebagai pelopor teori kontrol sosial ini, mengatakan bahwa “Perilaku kriminal
merupakan kegagalan kelompok – kelompok sosial seperti keluarga, sekolah, kawan
sebaya untuk mengikatkan atau terikat dengan individu”[3],
Dalam hal ini kontrol sosial, memandang delinkuen sebagai “konsekuensi logis
dari kegagalan seseorang untuk mengembangkan larangan-larangan ke dalam
terhadap perilaku melanggar hukum”. Dan apabila internal dan eksternal kontrol
lemah, alternatif untuk mencapai tujuan terbatas, maka terjadilah delinkuen.
Menurut F. Ivan Nye manusia diberi kendali supaya tidak melakukan pelanggaran,
karena itu proses sosialisasi yang adequat (memadai) akan mengurangi terjadinya
delinkuensi.
Satu hal yang perlu diingat adalah masyarakat dan pemerintah
juga harus mengawasi setiap proses adopsi anak," ujar Psikolog dari
Himpunan Psikolog Indonesia (Himpsi) Provinsi Bali Retno IG Kusuma [4] Ia mengharapkan
masyarakat mulai meningkatkan kesadaran kontrol sosialnya sehingga kasus-kasus
seperti ini tidak terjadi lagi. "Kedepannya tidak ada lagi kejadian
seperti ini," katanya.[5]
Menurut Travis Hirschi, terdapat empat elemen ikatan sosial (social bond)
dalam setiap masyarakat :[6]
·
Attachment adalah kemampuan manusia untuk melibatkan dirinya terhadap orang
lain. Kalau attachment ini sudah terbentuk, maka orang tersebut akan peka
terhadap pikiran, perasaan dan kehendak orang lain. Dalam hal ini, kepekaan
masyarakat yang terkait dengan kasus pembunuhan Angeline diperlukan dalam
menjadikan ikatan atau kontrol sosial bagi individu agar tidak melakukan tindak
pembunuhan.
·
Commitment adalah keterikatan seseorang pada subsistem konvensional seperti
sekolah, pekerjaan, organisasi dan sebagainya. Komitmen merupakan aspek
rasional yang ada dalam ikatan sosial. Segala kegiatan yang dilakukan seseorang
seperti sekolah, pekerjaan, kegiatan dalam organisasi akan mendatangkan manfaat
bagi orang tersebut. Dalam kasus Angeline. Subsistem tersebut tidak menjalankan
fungsi proteksinya dengan maksimal.
·
Involvement merupakan aktivitas seseorang dalam subsistem. Jika seseorang berperan
aktif dalam organisasi maka kecil kecenderungannya untuk melakukan
penyimpangan. Logika pengertian ini adalah bila orang aktif di segala kegiatan
maka ia akan menghabiskan waktu dan tenaganya dalam kegiatan tersebut.
·
Belief merupakan kepercayaan seseorang pada nilai-nilai moral yang ada.
Kepercayaan seseorang terhadap norma-norma yang ada menimbulkan kepatuhan
terhadap norma tersebut.
[1] http://news.liputan6.com/read/2257178/derita-terpendam-di-balik-diam-angeline
diakses pada 5 mei 2016 pukul 22.30 wib
[2] Adiyatma. P . Idris ,Analisis
Kriminologi Terhadap Tindak Pidana Anak di bawah Umur
Berdasarkan Pasal 332 KUHP, Universitas Negeri Gorontalo, Skripsi, hlm 47.
[4] http://www.antaranews.com/berita/501021/psikolog-kasus-pembunuhan-angeline-tergolong-sadis diakses pada 07 Juni 2016
[5] Ibid
[6] Ciek
Juliyati Hisyam. 2013. Bahan Ajar Sosiologi perilaku menyimpang. (tidak
diterbitkan) Jakarta: UNJ. Hlm. 133
Komentar
Posting Komentar