Langsung ke konten utama

Laporan Pengamatan (Pasar Inpres - Serdang, Kemayoran, Jakarta Pusat)

Nama            : Rahayu Wilujeng
NIM              : 4815131270
Kelas            : Pendidikan Sosiologi A
Tugas            : Metodologi Penelitian Kualitatif


Laporan Pengamatan

Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Hari              : Sabtu
Tanggal        : 04 April 2015
Pukul            : 06.45 – 10.00 wib
Lokasi          : Pasar Inpres - Serdang, Kemayoran, Jakarta Pusat
Metode         : Pengamatan dan wawancara

Pasar Inpres-Serdang Kemayoran, Jakarta Pusat adalah pasar yang berukuran kurang lebih 80mx80m dan berada tepat didepan kali item Dempet-Kemayoran. Terlihat dari tampak depan, pasar ini diapit oleh dua bangunan besar yakni Kantor kecamatan Kemayoran dan Balai Rakyat yang biasanya digunakan untuk berbagai kegiatan organisasi kemasyarakatan. Selai itu di bagian belakang Pasar ini terdapat pula Puskesmas yang disediakan Pemda DKI Jakarta. Dalam mempromosikan produknya penjual tidak mengalami kesulitan karena letak pasar yang strategis, berada di Jalan utama antara Serdang menuju Sumur batu dan terletak pula diantara tiga aset bangunan negara yang diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat, sehingga banyak masyarakat yang berlalu-lalang di sekitar pasar tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh pula informasi bahwa Pasar Inpres-Serdang, Kemayoran ini beroperasi mulai pukul 04.00-12.00. Penjual di pasar ini pun mayoritas adalah perempuan yang berasal dari luar Jakarta (kaum urban) umumnya mereka berangkat ke Jakarta dengan mobil bak yang disewa secara kolektif. Dari hasil wawancara didapatkan informasi bahwa pasar ini terdiri dari kios-kios berukuran 2mx3m yang disewa dengan harga Rp.1.300.000,00/bulan dan dibayarkan kepada Pemda DKI Jakarta.
Produk yang diperdagangkan oleh pelaku usaha di pasar Inpres-serdang ini didominasi produk jadi, dikarenakan produk tersebut mudah untuk dijual kembali ke konsumen. Sebagian besar pelaku usaha dipasar ini menjual produk dalam negeri, meskipun ada pula produk import yang dijual di pasar ini. Produk tersebut didominasi dalam bentuk kebutuhan sandang seperti pakaian, sepatu, sandal, tas dan mainan anak. Hal ini dikarenakan pembeli sebagian besar lebih tertarik pada fashion yang menyebabkan banyak penjual menggeluti sektor tersebut. Walaupun didominasi oleh barang-barang kebutuhan sandang, produk kebutuhan lain juga tidak ketinggalan. Di sana terdapat para penjual yang menjual sayur mayur, buah-buahan, dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Meskipun jenis produk yang dijual di pasar ini beranekaragam namun tetap saja ada beberapa kios menjual dagangan dengan produk yang sejenis. Strategi yang digunakan dalam menaggapi persaingan itu dilakukan dengan permainan harga dan peningkatan pelayanan. Seperti pada pasar tradisional lainnya sistem pembelian dipasar ini konsumen langsung bertatapmuka dengan produsen dan menjual barang dengan sistem tawar-menawar setelah harga yang telah disepakati bersama.
Konsumen yang datang kepasar ini pun bervariatif mulai dari Ibu rumah tangga, anak-anak sampai Pejabat kecamatan. Menurut hasil wawancara yang dilakukan, mereka mengaku senang berbelanja di pasar ini dikarenakan dekat dengan sekitar tempat tinggal maupun tempat mereka bekerja, selain itu pula di pasar ini berbagai produk yang dijual dinilai memiliki harga yang terjangkau.
Dari hasil pengamatan didapatkan informasi bahwa pelaku usaha yang mengisi kios-kios di Pasar Inpres ini sebagian besar berasal dari luar Jakarta seperti Tangerang, Bogor, Depok dan sebagian daerah suburan lainnya. Hal ini berarti bahwa masyarakat sekitar Pasar ini kurang mempunyai minat untuk berwirausaha atau kalah bersaing dari segi modal dan strategi dibandingkan dengan orang dari luar Jakarta. Dilihat dari rata-rata tingkat usia penjual dipasar ini pun didominasi oleh wirausaha yang berumur  lebih dari 40 tahun yang menggambarkan bahwa tingkat jiwa wirausaha muda masih rendah. Sebagian besar penjualnya pun merupakan pengusaha yang telah lama menggeluti usahanya, karena mayoritas penjual adalah pengusaha yang telah menggeluti usahanya selama lebih dari 5 tahun. Keuntungan yang diambil penjual kebanyakan berkisar antara 5%-10%, mayoritas pelaku usaha di pasar ini menggunakan sistem mengambil keuntungan sedikit tetapi konsumen membeli produk tersebut secara continue. Menurut hasil wawancara dengan beberapa penjual di pasar Inpres, mereka mengaku hasil penjualan produknya lumayan baik. Keuntungan yang diperoleh, sudah dapat mengembalikan modal awal usaha mereka.
Seperti pada Pasar Tradisional umumnya lingkungan di Pasar Inpres ini masih belum dapat memenuhi standar kebersihannya, adanya tempat pembuangan sampah yang berada di depan pasar membuat kondisi pasar ini sangat kumuh. Selain itu fasilitas yang disediakan oleh Pemda DKI pun kurang memadai dan dioptimalkan dengan baik diantaranya jalanan yang becek dan atap yang sudah bocor bahkan rapuh sehingga membahayakan konsumen maupun produsen yang ada di pasar ini. Terdapat pula fasilitas wc umum yang terletak diantara penjual sayur-sayuran, namun sayangnya fasilitas ini tidak dirawat dengan baik sehingga kotor dan tidak nyaman, di pasar ini pun kios-kios tidak tertata dengan baik, meskipun telah ada pengelompokan jenis produk yang dijual. Banyak pula “Gepeng” yang berkeliaran sehingga menambah kesan kumuh pada pasar ini. Sepanjang luar pasar terdapat pula parkiran motor yang disediakan oleh jasa tukang parkir yang biasanya dikelola oleh tukang ojek yang mangkal di Pos depan Pasar, lahan parkirnya pun tidak tertata dengan baik sehingga tidak jarang membuat kemacetan di Jalan.
Pada saat dilakukan pengamatan, didapatkan pula informasi bahwa para pedagang di Pasar Inpres ini resah dikarenakan lahan pasar akan dialihfungsikan menjadi Jalan Utama menuju Jl.Yos Sudarso, namun saat diklarifikasi isu ini pun segera dibantah oleh pejabat Pemda yang menurutnya Pasar Inpres ini tidak dialihfungsikan melainkan hanya direnovasi untuk perluasan jalan. Dengan pernyataan tersebut setidaknya mengurangi keresahan pelaku ekonomi di Pasar Inpres ini. Mereka kini menanti itikad baik dari Pemerintah untuk renovasi pasar yang diharapkan agar lebih baik dan tertata dengan rapi, tanpa harus adanya pengalihfungsian lahan pasar sehingga tetap menjaga eksistensi pasar sebagai lahan kegiatan perekonomian rakyat yang  telah dibina selama puluhan tahun.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sosiologi Berparadigma Ganda

Rahayu Wilujeng Pendidikan Sosiologi A/ 2013 Paradigma dalam Sosiologi Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), paradigma diartikan sebagai model atau kerangka berpikir dalam ilmu pengetahuan [1] . Paradigma ini ditentukan dari dua aspek pendukung yakni perspektif intelektual dan perspektif sosial, kedua aspek inilah yang akhirnya membentuk kerangka atau model teoritis dalam kajian ilmiah. Suatu ilmu pengetahuan pada dasarnya selalu memiliki paradigma atau pandangan, namun paradigma tidak diartikan sebagai suatu teori ilmiah atau inti dari pokok pembahasan melainkan pandangan yang berisikan tentang teori-teori ilmiah tersebut. Paradigma bisa didefinisikan oleh suatu pencapaian ilmiah sebagai contoh atau sampel dimana sejumlah kesulitan ilmiah diatur dan dipecahkan dengan menggunakan pelbagai teknik konseptual dan empiris [2] . Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam satu cabang ilmu pengetahuan nampaknya dimungkinkan adanya beberapa paradigma. Paradigma in

Analisis kasus pembunuhan Angeline melalui teori Kontrol Sosial

1. Kasus Kejahatan : Pembunuhan  berencana Derita Terpendam di Balik 'Diam' Angeline [1] Oleh  Dyah Puspita Wisnuwardani on 22 Jun 2015 at 20:17 WIB Liputan6.com, Denpasar - Isak tangis dan emosi pecah dari para guru SDN 12 Kesiman, Sanur, Denpasar, Bali, ketika kantong berwarna oranye dikeluarkan oleh polisi dari sebuah rumah di Jalan Sedap Malam Nomor 26 Denpasar, Rabu 10 Juni 2015.  "Angeline...Angeline," panggil seorang guru wanita dan anak-anak dari sekolah itu sembari menangis sesenggukan menatap kantong jenazah yang membelah kerumunan warga. Di dalam kantong itulah tubuh mungil Angeline, bocah berusia delapan tahun yang sebelumnya dikabarkan hilang sejak Sabtu 16 Mei 2015, terbujur kaku. Tubuhnya kemudian diangkut ke dalam mobil ambulans untuk dibawa ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, Denpasar, guna keperluan otopsi. "Kami menemukan ada kekerasan pada tubuh korban yang utamanya di daerah wajah dan leher berupa kekerasan tumpul," kat

Essay kreasi literasi di era digital

Restrukturisasi Masyarakat melalui pemanfaatan e-library Oleh : Rahayu Wilujeng Memasuki dekade kedua abad 21, everything is digital. Digitalisasi merambah ke setiap aspek kehidupan manusia, mulai dari kehidupan sehari-hari hingga ke pengelolaan sebuah negara. Begitu juga dengan Indonesia, arus globalisasi menuntut Indonesia untuk berpartisipasi dalam euforia era digital ini. Sebagai negara berkembang, Indonesia diharapkan mampu memanfaatkan teknologi digital untuk mem-boost kemajuan Indonesia lebih dan lebih lagi, terutama dalam dunia pendidikan. Karena sebagai pondasi utama sebuah negara, pendidikan berada dalam posisi yang sangat sentral untuk menentukan masa depan bangsa. Mau dibawa kemana bangsa ini sangat ditentukan oleh bagaimana minat masyarakatnya terhadap baca-tulis. Literasi sebagai jantung pendidikan akan sangat penting dalam mendukung imajinasi dan kreativitas masyarakat. Oleh karena itu, literasi sangat berperan dalam membentuk karakter masyarakat Indonesia. Peningk