Langsung ke konten utama

Dari fakta yang disuguhkan PISA ini, bagaimana dengan sikap Indonesia?

Selama satu dekade sejak awal tahun 2000, Finlandia berhasil mengundang perhatian dan decak kagum dunia akan prestasinya di bidang pendidikan. Sistem pendidikannya dianggap yang terbaik karena berhasil menghantarkan peserta didiknya pada capaian akademik yang luar biasa dibandingkan dengan negara-negara lain. Bahkan jika dibandingkan dengan negara-negara maju yang banyak dijadikan rujukan untuk sistem pendidikan oleh negara lain, seperti Amerika, Inggris, dan Jepang, Finlandia masih jauh lebih baik. Tentu saja klaim ini tidak lepas dari hasil penilaian Programme for International Student Assessment (PISA) yang belakangan ini dijadikan rujukan dunia dalam menakar kualitas pendidikan di berbagai negara. PISA merupakan studi penilaian pendidikan yang dilakukan oleh The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) sebuah organisasi ekonomi internasional yang bermarkas di Perancis. PISA bertujuan untuk melakukan komparasi kualitas pendidikan di berbagai negara pada tingkat pendidikan dasar-menengah. Yang dijadikan indikator dalam menentukannya yaitu performa akademik siswa (berumur sekitar 15 tahun) di sebuah negara yang diambil secara acak (random sampling) pada tiga bidang; Matematika (Mathematics), Membaca (Reading), dan Sains (Science). 

Sampai saat ini, PISA telah berlangsung sebanyak 5 kali; tahun 2000, 2003, 2006, 2009, dan 2012. Sejak awal PISA dirilis pada tahun 2000, Finlandia telah berhasil mencuri perhatian dunia dengan menduduki peringkat 1 di bidang membaca, peringkat 4 di bidang sains, dan peringkat 5 di bidang matematika bersaing ketat dengan negara Asia dan Barat lainnya. Di pelaksanaan PISA pada tahun-tahun berikutnya, Finlandia semakin tidak terbendung terus meransek mengokohkan posisinya di puncak sebagai negara dengan pendidikan terbaik. Hasil PISA tahun 2003 menjadi puncak kejayaan pembuktian bagi Finlandia dengan capaian peringkat 1 untuk sains dan membaca dan peringkat 2 untuk matematika. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan apa yang dicapainya di PISA 2006. Sejak itu dunia berbondong-bondong meneropong dan menilik ‘resep rahasia’ Finlandia dalam sistem pendidikannya. Intensitas berbagai studi, kunjungan, dan aktivitas akademik lainnya yang menjadikan sistem pendidikan Finlandia sebagai objeknya semakin tinggi. Hasilnya berbagai publikasi karya tulis ilmiah mengenai pendidikan Finlandia laris manis di banyak negara. Banyak lembaga pendidikan bahkan negara juga yang terinspirasi untuk menerapkannya. 

Dari berbagai studi, didapatlah ‘resep’ Finlandia dalam mengelola pendidikannya. Apa saja yang membuat pendidikannya menghasilkan siswa dengan capaian akademik luar biasa? Paling tidak beberapa hal berikut yang dilakukan Finlandia dalam mendidikan anak-anaknya; 
1) pembelajaran dengan permainan, imajinasi, dan temuan mandiri (self discovery), 
2) tidak ada tes berstandar, semacam UN, 
3) sekolah lebih mengedepankan kolaborasi bukan kompetisi, 
4) pendidikan guru yang ketat dan berkualitas (rata-rata guru berkualifikasi master), 
5) guru diberikan keleluasaan untuk berinovasi dalam mengembangkan kurikulum dan metode untuk mencapai standar nasional, 
6) waktu pribadi sangat dihargai, misal setiap 45 menit pembelajaran siswa diberikan 15 menit waktu bebas,
7) waktu belajar di sekolah yang lebih pendek, 4-5 jam perhari, 
8) guru tidak diberikan beban kerja yang berlebih agar tetap bisa memiliki waktu berkualitasi dengan lingkungannya,
 9) nilai atau raport tidak akan diberikan sebelum kelas 4, 
10) pendidikan moral diberikan sejak dini, dan 
11) hubungan guru-guru, guru-siswa, dan siswa-siswa yang berlandaskan nilai-nilai kebersamaan dan kolaborasi. Metode tersebut didapati sebagai faktor utama kesuksesan Finlandia dalam menerapkan sistem pendidikannya. Bahkan banyak yang meyakini bahwa metode tersebut menjadi metode paling cocok dan tangguh untuk bertahan menghadapi era global abad 21. 

Perlahan tapi pasti posisi Finlandia semakin menurun hari ini. Hal ini terlihat sejak hasil PISA 2009 dirilis yang menempatkan Finlandia pada peringkat 2 pada sains, peringkat 3 pada membaca, dan peringkat 6 pada matematika. Ketangguhan Finlandia sebagai negara dengan pendidikan terbaik dunia makin tidak tampak di PISA 2012. Pada bidang membaca Finlandia menduduki peringkat 6, sains peringkat 5, dan matematika terjun bebas ke peringkat 12. Grafik di atas menggambarkan bagaimana kualitas pendidikan Finlandia dari waktu ke waktu. Tiongkok menjadi jawara PISA tahun 2012 dengan menyabet peringkat 1 di semua bidang disusul oleh bagian negara Tiongkok lainnya (Taiwan dan Hongkong), Singapura, Jepang, dan Korea Selatan. Dengan kata lain negara-negara Asia, khususnya Asia Timur, mendominasi peringkat terbaik pendidikan dunia. Bisa disimpulkan negara-negara Asia dengan model dan metode pendidikan yang bertolak belakang dengan negara-negara Barat terutama Finlandia telah berhasil menunjukkan dirinya sebagai sistem pendidikan terbaik saat ini. Sistem pendidikan di Asia menerapkan jam belajar yang panjang ditambah dengan kursus dan les, tes berstandar yang sangat berpengaruh dan penting bahkan sejak sekolah dasar, sekolah dan siswa yang mengedepankan semangat kompetisi, bahkan beban kerja guru yang cukup banyak. Sesungguhnya model ini sudah dianggap kuno dan ditinggalkan terutama oleh negara-negara yang berhaluan pada negara Barat. Namun fakta berkata lain, model ini mampu bertahan bahkan mengungguli model pendidikan ala Barat (Finlandia) yang dianggap lebih modern dan up to date.


Dari fakta yang disuguhkan PISA ini, bagaimana dengan sikap Indonesia? Apakah akan mengadopsi sistem pendidikan Barat dengan Finlandia sebagai modelnya atau ala Asia yang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan apa yang tengah Indonesia aplikasikasikan saat ini? Menurut hemat penulis, tidak ada sistem pendidikan terbaik yang ada hanyalah sistem pendidikan yang paling cocok atau sesuai. Oleh karena itu proses analisis kesesuaian untuk menentukkan sistem pendidikan mana yang paling sesuai menjadi sangat penting. Selain itu, konsistensi, kontinuitas, dan kualitas proses menjadi faktor penting lainnya agar sebuah sistem pendidikan dapat optimal. Belajar hal positif dari negara atau bangsa lain memang sebuah keharusan, tapi jangan sampai membuat kita sekedar jadi ‘bebek’.          

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sosiologi Berparadigma Ganda

Rahayu Wilujeng Pendidikan Sosiologi A/ 2013 Paradigma dalam Sosiologi Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), paradigma diartikan sebagai model atau kerangka berpikir dalam ilmu pengetahuan [1] . Paradigma ini ditentukan dari dua aspek pendukung yakni perspektif intelektual dan perspektif sosial, kedua aspek inilah yang akhirnya membentuk kerangka atau model teoritis dalam kajian ilmiah. Suatu ilmu pengetahuan pada dasarnya selalu memiliki paradigma atau pandangan, namun paradigma tidak diartikan sebagai suatu teori ilmiah atau inti dari pokok pembahasan melainkan pandangan yang berisikan tentang teori-teori ilmiah tersebut. Paradigma bisa didefinisikan oleh suatu pencapaian ilmiah sebagai contoh atau sampel dimana sejumlah kesulitan ilmiah diatur dan dipecahkan dengan menggunakan pelbagai teknik konseptual dan empiris [2] . Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam satu cabang ilmu pengetahuan nampaknya dimungkinkan adanya beberapa paradigma. Paradigma in

Analisis kasus pembunuhan Angeline melalui teori Kontrol Sosial

1. Kasus Kejahatan : Pembunuhan  berencana Derita Terpendam di Balik 'Diam' Angeline [1] Oleh  Dyah Puspita Wisnuwardani on 22 Jun 2015 at 20:17 WIB Liputan6.com, Denpasar - Isak tangis dan emosi pecah dari para guru SDN 12 Kesiman, Sanur, Denpasar, Bali, ketika kantong berwarna oranye dikeluarkan oleh polisi dari sebuah rumah di Jalan Sedap Malam Nomor 26 Denpasar, Rabu 10 Juni 2015.  "Angeline...Angeline," panggil seorang guru wanita dan anak-anak dari sekolah itu sembari menangis sesenggukan menatap kantong jenazah yang membelah kerumunan warga. Di dalam kantong itulah tubuh mungil Angeline, bocah berusia delapan tahun yang sebelumnya dikabarkan hilang sejak Sabtu 16 Mei 2015, terbujur kaku. Tubuhnya kemudian diangkut ke dalam mobil ambulans untuk dibawa ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, Denpasar, guna keperluan otopsi. "Kami menemukan ada kekerasan pada tubuh korban yang utamanya di daerah wajah dan leher berupa kekerasan tumpul," kat

Essay kreasi literasi di era digital

Restrukturisasi Masyarakat melalui pemanfaatan e-library Oleh : Rahayu Wilujeng Memasuki dekade kedua abad 21, everything is digital. Digitalisasi merambah ke setiap aspek kehidupan manusia, mulai dari kehidupan sehari-hari hingga ke pengelolaan sebuah negara. Begitu juga dengan Indonesia, arus globalisasi menuntut Indonesia untuk berpartisipasi dalam euforia era digital ini. Sebagai negara berkembang, Indonesia diharapkan mampu memanfaatkan teknologi digital untuk mem-boost kemajuan Indonesia lebih dan lebih lagi, terutama dalam dunia pendidikan. Karena sebagai pondasi utama sebuah negara, pendidikan berada dalam posisi yang sangat sentral untuk menentukan masa depan bangsa. Mau dibawa kemana bangsa ini sangat ditentukan oleh bagaimana minat masyarakatnya terhadap baca-tulis. Literasi sebagai jantung pendidikan akan sangat penting dalam mendukung imajinasi dan kreativitas masyarakat. Oleh karena itu, literasi sangat berperan dalam membentuk karakter masyarakat Indonesia. Peningk