LAPORAN
OBSERVASI
CORAK
BUDAYA DAN LINGKUNGAN DI SETU BABAKAN KAMPUNG BETAWI
Setu Babakan
atau Danau Babakan terletak di Srengseng Sawah, kecamatan Jagakarsa, Jakarta
Selatan, Indonesia dekat Depok yang berfungsi sebagai pusat Perkampungan
Budaya Betawi, suatu
area yang dijaga untuk menjaga warisan budaya Jakarta, yaitu budaya asli Betawi. Situ atau setu Babakan merupakan danau
buatan dengan area 32 hektar (79 akre) dimana airnya berasal dari Sungai
Ciliwung dan saat ini
digunakan untuk memancing bagi warga sekitarnya. Danau ini juga merupakan
tempat untuk rekreasi air seperti memancing, sepeda air, atau bersepeda mengelilingi
tepian setu.
Setu Babakan adalah kawasan hunian
yang memiliki nuansa yang masih kuat dan murni baik dari sisi budaya,
seni pertunjukan, jajanan, busana, rutinitas keagamaan, maupun bentuk rumah
Betawi. Setu Babakan, sebagai sebuah kawasan Cagar Budaya Betawi, sebenarnya
merupakan objek wisata yang terbilang baru. Peresmiannya sebagai kawasan cagar
budaya dilakukan pada tahun 2004, yakni bersamaan dengan peringatan HUT DKI
Jakarta ke-474. Perkampungan ini dianggap masih mempertahankan dan melestarikan
budaya khas Betawi, seperti bangunan, dialek bahasa, seni tari, seni musik, dan
seni drama.
Sejarah Singkat
Perkampungan Budaya
Betawi Kelurahan Srengseng Jagakarsa Jakarta Selatan memiliki sejarah yang
cukup penting. Kawasan Srengseng Sawah yaitu letak Perkampungan Budaya Betawi
Setu Babakan , merupakan salah satu permukiman yang telah dikenal semenjak
jaman Kerajaan Salakanagara, yaitu kerajaan tua yang ada pada abad dua Masehi
dan pada saat itu berpusat di kawasan Condet Jakarta. Pada masa itu penduduknya
bermata pencaharian bertani dan menganut pola tinggal yang berpindah-pindah.
Dilihat dari
sejarahnya, Perkampungan Budaya Betawi ini terbagi menjadi tiga bagian, yang
pertama sejarah kampung Kalibata, kedua sejarah Setu Babakan dan ketiga sejarah
Perkampungan Budaya Betawi. Pertama sejarah kampung. Kampung ini dulunya
disebut Kampung Kalibata. Konon sejarahnya dari mulut ke mulut mengatakan, dulu
ada seorang ksatria
yang sedang melintas di
kampung itu, tiba-tiba sakit dan muntah darah yang darahnya itu berbentuk bata.
Certia ini masih dalam tahap penelusuran bukti dan konon bukti berupa bata,
saat ini masih di simpan oleh Kong Ri’ih yang masih hidup. Kedua, sejarah nama
Setu Babakan. Nama Setu Babakan itu awalnya adalah karena letak situ/danau
tersebut dekat dengan kampung Babakan. Pada kurang lebih 70 tahun yang lalu,
setu-membentang dari utara ke selatan, ini masih dikelilingi lahan yang
ditumbuhi pohon-pohon besar dan rawa-rawa yang lembab yang sulit dilalui, rumah
masih sangat terbatas antara 7-8 buah, ketika orang akan menuju situ maka harus
melewati kampung yang disebut Babakan.ketika orang bertanya mau kemana? Maka
jawabnya adalah ke situ deket Babakan. Semenjak itu nama situ itu terkenal
dengan sebutan Situ Babakan. Selain itu, pada masa kolonial Belanda di situ
tersebut dibangun tanggul untuk menghubungi daerah ini dengan kampung
seberangnya (sebelah utara), namun lama kelamaan situ sebelah utara dangkal dan
berubah menjadi daratan, tinggallah sisa situ Babakan sebelah selatan, yang
saat itu seluas sekitar 18 Ha. Ketiga, sejarah Perkampungan Budaya Betawi.
Perkampungan Budaya Betawi baru dimulai beberapa tahun yang lalu, namun
sebelumnya atau semenjak Pemerintahan Ali Sadikin kawasan ini sebenarnya sudah
direncanakan untuk dijadikan sebagai daerah cagar budaya untuk mendampingi
Condet. Ketika itu sering diadakan pertunjukan budaya betawi, yang sehari
sebelumnya diadakan acara “Ngubek Setu” dan besoknya diadakan acara lomba
nangkap ikan dengan memperebutkan hadiah berupa radio dan tv dan kemudian
dilanjutkan dengan berbagai pertunjukkan hiburan budaya Betawi seperti topeng
atau gambang kromong.
Adapun ide penetapan
kawasan tersebut sebagai kawasan wisata berasal dari arahan Bappeda Daerah
Khusus Ibukota Jakarta pada acara pengarahan para Pimpro Dinas Pariwisata DKI
Jakarta di Graha Wisata Taman Mini Indonesia Indah pada bulan Februari 1996.
Pada waktu itu disampaikan mengenai adanya satu lokasi situ yang perlu dijaga
sebagai daerah resapan air di wilayah Jakarta Selatan dan diharapkan dapat
dikembangkan oleh Suku Dinas Pariwisata Jakarta Selatan sebagai unggulan Objek
Wisata.
Kemudian Kepala Suku
Dinas Pariwisata Jakarta Selatan Drs. Suharyanto bersama dengan H. Yoyo Muchtar
sebagai Kepala Seksi Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata pada saat itu
mengadakan peninjauan ke lokasidan mendapatkan aspirasi untuk menggelar
kegiatan yang bernuansa Betawi. Maka selanjutnya pada tanggal 13 September 1997
diadakan acara ‘Sehari di Situ Babakan’ yang digelar oleh Walikotamadya Jakarta
Selatan dengan pelaksana Suku Dinas Pariwisata Kotamadya Jakarta Selatan yang
mengangjat atraksi Budaya Betawi, Lomba Hias Getek, Lomba Masak Sayur Asem,
Lomba Kano dan Sampan, Lomba Mancing Ikan, Pelepasan Bibit Ikan ke setu dan
Penanaman Pohon Langka,
Acara itu berlangsung
sukses dan bersamaan dengan itu ide untuk menghidupkan kawasan Situ Babakan
sebagai konservasi Budaya Betawi terus bergukit hingga tingkat Pemerintahan
Provinsi DKI Jakarta. Sesuai peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1987 tentang
Penguasaan Perencanaan/peruntukan Bidang Tanah untuk Pembangunan Kawasan Situ
babakan Wilayah Jakarta Selatan, maka ditetapkan Keputusan Guberbur Propinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 92 Tahun 1999 tentang Penataan Lingkungan
Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahqan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa
Kotamadya Jakarta Selatan. Untuk lebih mengkukuhkan keberadaan Perkampungan
Budaya Betawi selanjutnya pada tanggal 10 Maret 2005 ditetapkan Peraturan
Daerah-Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 2005 tentang Penetapan
Perkampungan Budaya Betawi Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa
Kotamadya Jakarta Selatan.
Letak
Lokasi Perkampungan Budaya Betawi
Perkampungan
budaya betawi situ babakan terletak di kampong kalibata kelurahan srengseng
sawah kecamatan jagakarsa kotamadya Jakarta selatan \. Adapun luasnya saat ini
adalah 289 Ha, terdiri dari 244 HA milik masyarakat setempat dan 65 Ha milik
pemerintah DKI Jakarta. Jadi
perkampungan situ babakan bukan milik pemerintah DKI Jakarta atau masyarakat
setempat pribadi tetapi semua memiliki haknya. Secara administratif,
perkampungan budaya betawi tidak memiliki batasan yang jelas. Namun berdasarkan
peraturan DKI Jakarta nomor 3 tahun 2005 tentang penetapan perkampungan budaya
betawi di kelurahan srengseh sawah kecamatan jagakarsa kotamadya jakartta selatan.
Fasilitas
/ Sarana Kampung
Perkampungan Budaya Betawi
merupakan bagian dari wilayah Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa
Kotamadya Jakarta Selatan . Semua kebutuhan fasilitas Perkampungan Budaya
Betawi telah disediakan oleh fasilitas
Kelurahan . Meskipun fasilitas tersebut belum dikatakan lengkap, namun cukup
untuk memenuhi syarat sebagai penunjang sebuah pemukiman, beberapa fasilitas
dibagi – bagi beberapa klasifikasi seperti fasilitas Agama dimana terdapat 24
mesjid, 42 mushola, 3 gereja, 0 vihara, 1 pura. Fasilitas Komunikasi terdapat 1
kantor pos, 2 studi amatir. Fasilitas Pendidikan terdapat 12 TK, 19 SD, 10 SLTP, 15 SLTA, dan
perguruan tinggi dibagi menjadi 3 universitas yaitu 1 madrasah itb, 3 madrsah
Ts, 1 madrasah Al. Fasilitas Olah Raga terbagi menjadi 2 Lap.spk bola, 4
Lap.Basket, 26 Lap volley, 7 Lap.Bulu tangkis,1 Lap.Tenis meja, 3 Sanggar
Pencak S, 1 sanggar karate, Fasilitas Perekonomian yang terdiri dari 0 pasar,
28 toko,11 material, 273 warung, 17 rumah makan, 8 industri RT, 22 koperasi, 3
kelompok tani. Fasilits Kesehatan terdiri dari 1 puskesmas, 31 posyandu, 0 pos
kes RW, 2 Rumah bersalin, 3 polikteknik, 3 Bidan, 9 Dokter, 2 Apotek, 169 Kader
Kesehatan, 4 PLKB, 19 PPKB RW, 156 Sub PPKB RT.
Fasilitas lainnya seperti
Transportasi & Jalan yaitu terdapat 36 buah bus, 104 buah MB/Colt/Mikrolet,
4,20 Km jl. Protokol, 8,10 Km jl. Ekonomi, 3,30 Km jl. MHT, 16,75 , 16,75
jl.orang/setapak. Sarana Kesenian terdapat 2 Gambang Kromong, 10 Qasidah, 2
Dangdut. Sarana Umum terdapat 0 MCK, 8,678 Jamban Keluarga, 8,807 Sumur pompa
dalam tanah. Sarana Irigrasi terdapat 0 sal teknis primer, 2 sal teknis
sekunder, 4 sal tertier, 9 sal tidak teknis, 0 sal teknis primer, Sarana
Kebersihan terdapat 3 orang petugas, 2 buah truk sampah, 14 buah gerobak
sampah, 3 buah LPS Dinas, 6 orang LPS
Swadaya. Dan yang terakhir Sarana Keamanan terdiri dari 82 orang petugas dan 36
buah Pos Kambling.
Gambaran umum mengenai
data demografi akan disajikan secara keseluruhan di lingkungan kelurahan
Srengseng Sawah kecamatan Jagakarsa kotamadya Jakarta Selatan. Kelurahan
Srengseng Sawah adalah salah satu dari enam kelurahan di wilayah kecamatan
Jagakarsa kotamadya Jakarta Selatan yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan
Gubernur KDKI Jakarta Nomor 1251 tahun 1986 dengan luas wilayah 674,70Ha.
Dengan batas-batas
sebagai berikut ; sebelah Utara terdapat kelurahan Lenteng Agung dan kelurahan
Jagakarsa, sebelah Barat terdapat kelurahan Ciganjur dan kelurahan Cipedak,
sebelah Selatan terdapat kotamadya Depok dan sebelah Timur terdapat kali
Ciliwung.
Berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 36 Tahun 2001 tentang Peraturan
RT/RW di Provinsi DKI Jakarta, kelurahan Srengseng Sawah kecamatan Jagakarsa
kotamdaya Jakarta Selatan terdiridari 19 RW
dan 156 RT. Sedangkan wilayah Perkampungan Budaya Betawi tidak ada batasan
administratif yang jelas, secara garis besar Perkampungan Budaya Betawi
memiliki 4 RW yaitu RW 06, RW 07, RW 08 dan RW 09. Pusat dari kegiatan
Perkampungan Budaya Betawi adalah RT 009 dan RW 08.
Perkembangan penduduk
di kelurahan Srengseng Sawah cukup pesat.Hal ini didukung oleh kelestarian alam
yang masih terjaga dengan baik, tersedianya fasilitas sarana umum yang memadai
yaitu fasilitas kesehatan, pendidikan, peribadatan dan lain-lain serta suasana
yang cukup menyenangkan.Umumnya penduduk Srengseng Sawah adalah masyarakat
Betawi, sehingga adat istiadat yang berlaku adalah Budaya Betawi.
Perkampungan
Budaya Betawi sebagai Sarana pariwisata.
Dilihat
dari jumlah wisatawan
Menurut
data yang didapat dari pengelola disana jumlah wisatawan perkampungan budaya
betawi di setu babakan dari tahun ke tahun selalu bertambah. Namun berdasarkan
penelitian yang kami dapatkan bahwa mayoritas wisatawan yang berkunjung ke
perkampungan budaya betawi adalah masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar
objek wisata.
Dilihat
dari fasilitas
Untuk menunjang fungsi
perkampungan budaya betawi sebagai sarana pariwisata dibutuhkan
fasilitasBerdasarkan informasi dari pengelola, pembangunan perkampungan Budaya
Betawi sampai saat ini baru mencapai 80 % yang terdiri dari :
1) Pintu
gerbang
Pintu utama
untuk akses keluar-masuk pengunjung yaitu pintu gerbang yang dinamakan pintu
gerbang bang pitung satu. Pintu ini dibuat dengan arsitektur betawi.
Letaknya berada
di jalan Setu Babakan Rt.009 RW 08 ini menuju ke kompleks pengelola
perkampungan Budaya Betawi dan berbatasan dengan Jl. Moh Kahfi II, dan pintu
gerbang ini dilengkapi dengan ruang jaga keamanan, listrik, meja dan kursi.
2) Panggung
Teater Terbuka dan Plaza
Fasilitas seluas
kurang lebih 355 M2 terletak di tengah kompleks Pengelola Perkampungan Budaya
Betawi. Ditempat inilah berbagai pertunjukan serta atraksi budaya betawi di
tampilkan. Dan dilengkapi dengan sarana lain seperti terdapat ruang tata rias,
gudang properti, dan WC dua ruang. Selain itu pelataran di depan panggung juga
digunakan sebagai tempat untuk berlatih menari bagi anggota sanggar pada tiap
hari Sabtu dan Minggu.
3) Wisma
Betawi
Tempat ini
merupakan bangunan yang digunakan sebagai sarana penginapan yang ada di PBB
yang dapat disewakan. Bangunan seluas 150 M2 ini dilengkapi dengan fasilitas 1
ruang tidur wanita dengan kapasitas 6 orang. 1 ruang tidur pria kapasitas 6
orang, 4 ruang mandi/shower, 4 ruang WC, 1 ruang tidur utama kapasitas 8 orang,
1pantry dan ruang masak, dan 1 ruang bersama/serambi.
4) Rumah
Adat
Rumah adat ini
merupakan milik salah seorang tokoh setempat yaitu bapak Samin Jebul. Di bagian
muka rumah adat, wisatawan dapat menggunakannya dengan menyewa melalui
pengelola perkampungan budaya betawi
5) Mushola
Tempat ini
digunakan untuk pengunjung yang ingin melakukan ibadah sholat. Mushola ini
terletak dibelakang kantor pengelola, dilengkapi dengan fasilitas kamar mandi,
tempat wudhu untuk laki-laki dan perempuan serta alat solat seperti
sarung,sajadah,dan mukena.
6) Sarana
parkir
Lapangan parkir
seluas 102 M2 ini hanya dapat menampung kursng lebih 50 sepeda motor terletak
dibelakang panggung terbuka . bagi wisatawan yang membawa kendaraan mobil dapat
memarkir kendaraannya di lapangan parkir yang sudah disediakan oleh warga
letaknya berada di sisi barat Situ Babakan dekat loket taman bermain, luas
lapangan parkir ini kurang lebih 500 M2 dan dapat menampung kurang lebih 29
mobil sedang.
7) Kantor
pengelola
Bangunan seluas 164 M2 ini
dilengkapi dengan fasilitas 4 buah kamar kecil/WC, 1 buah ruang rapat, 1
serambi dan 2 buah ruang kantor. Gedung ini digunakan sebagai kantor pengelola
Kampung Betawi. Di dalam kantor pengelola ini juga terdapat souvenir-souvenir
yang dijual kepada wisatawan seperti gantungan kunci ondel-ondel, kaos,topi,
dan cindera mata lainnya yang bertuliskan Kampung Budaya Betawi.
8) Galeri
Tempat ini digunakan untuk pameran,
pertemuan acara-acara resmi lainnya. Dan bisa juga disewakan untuk acara-acara
lainnya seperti arisan keluarga. Luas Bangunan tersebut sekitar 165 M2
Obyek
dan Atraksi Wisata
Perkampungan Budaya Betawi mempunyai tiga wisata, yaitu
Wisata Budaya, Wisata Air, dan Wisata Agro. Wisata Budaya adalah kegiatan
sebagai upaya menumbuhkan kembali nilai-nilai tradisional yang layak tampil,
layak ditonton, dan layak dijual. Di Perkampungan Budaya Betawi dapat juga
berupa prosesi budaya yaitu akekah, sunatan, hatam qur’an, nikahan, nujuh
bulanan, lalu ada kesenian Betawi, contoh rumah-rumah adat yang telah
dimodifikasi, dan aneka buah, makanan, kue-kue dan minuman khas Betawi yang
dijual oleh pedagang di sepanjang pinggir situ.
Atraksi
wisata yang disajikan di Perkampungan
Budaya Betawi biasanya disajikan pada hari Minggu kecuali hari-hari Raya/Besar
Islam. Pertunjukan yang ditampilkan adalah Seni Musik seperti keroncong,
marawis, rebana, tanjidor, samrah, dan sebagainya, lalu Seni teater seperti lenong dan topeng yang diselingi
persembahan aneka tarian Betawi.
Wisata
Air adalah upaya meningkatkan daya tarik wisata dari aspek olahraga air yang
mampu menarik wisatawan. Dua situ alam yang dimiliki Perkampungan Budaya
Betawi yaitu Situ Babakan dan Situ
Manggabolong menjadi senjata pelengkap sebagai obyek wisata air yang paling
menarik. Obyek wisata air yang dapat dinikmati adalah sepeda air sebagai arena
bermain anak-anak, remaja, orang tua sampai manula, memancing, menjala ikan,
olahraga dayung/kano.
Wisata
Argo adalah suatu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha-usaha
pertanian (argo) sebagai obyek wisata dengan tujuan rekreasi, keperluan
pengetahuan, menperkaya pengalaman dan memberikan peluang usaha di bidang
pertanian. Daya tarik dan keunikan wisata argo di Perkampungan Budaya
Betawi adalah bahwa lokasi
pertanian/perkebunan tidak berada pada area khusus melainkan berada pada
halaman rumah penduduk. Sehingga waktu musim buah dating, ranumnya buah di
halaman rumah mengiurkan para wisatawan untuk singgah di rumah-rumah penduduk.
Komentar
Posting Komentar